Selasa, 18 Oktober 2016

HMI Awasi Pemeliharaan Jalan Provinsi Banten di Ruas Mengger-Caringin

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Pandeglang selain terus meningkatkan kapasitas intelektual kadernya agar dapat terus berkontribusi nyata bagi masyarakat juga terus berperan aktif mengawal dan mengawasi Pembangunan di Daerah Kabupaten Pandeglang. Salah satunya adalah mengawasi kinerja pemerintah dalam melakukkan Pemeliharaan Jalan dan Jembatan. Selasa, 18 Oktober 2016.

Ahmad Jaenudin Ketua Umum HMI Cabang Pandeglang menegaskan selain terus meningkatkan kapasitas intelektual sebagai mahasiswa, HMI juga terus mengawal dan mengawasi pembangunan di Kabupaten Pandeglang. Menurut Uje, sapaan akrabnya, menjekaskan bahwa segala bentuk pembangunan yang dilakukan pemerintah harus terus diawasi dan dikawal oleh seluruh elemen masyarakat. Karena apabila tidak diawasi maka akan ada peluang besar bagi pemerintah untuk bekerja tidak maksimal.

Yang menjadi sorotan HMI Cabang Pandeglang adalah Kondisi infrastruktur, terutama jalan. Memang banyak infrastruktur yang bisa dijadikan acuan keberhasilan, tapi yang paling utama adalah jalan. Karena jalan bisa dijadikan sebagai tolok ukur pembangunan yang telah dilaksanakan pemerintah, baik pusat, provinsi maupun kabupaten/kota.

"Jika kita mau menilai keberhasilan pembangunan yang dilaksanakan pemerintah, bisa kita lihat dari kondisi infrastruktur, kalau bagus maka bisa dikatakan sudah berhasil" Kata Uje.

Uje menambahkan salah satu infrastruktur yang sedang kami Awasi dan Kawal adalah Pemeliharaan Ruas Jalan Mengger-Caringin sepanjang 28 KM yang dilakukkan oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pemeliharaan Jalan dan Jembatan Wilayah Kabupaten Pandeglang pada Dinas Bina Marga dan Tata Ruang (DBMTR) Provinsi Banten.

"Kami sedang kawal dan awasi pemeliharaan ruas jalan mengger-caringin sepanjang 28 KM yang dilakukkan DBMTR Provinsi Banten". Tambah Uje.

Uje menjelaskan ruas jalan tersebut sedang di perbaikan dengan penutupan jalan yang berlubang. Kami nilai perbaikan ini sebagai upaya untuk memberikan kenyamanan dan keamanan para pengguna jalan yang melintasi jalan tersebut. Sehingga, para pengguna jalan baik roda dua maupun roda empat bisa dengan lancar tanpa khawatir terjadi kecelakaan yang diakibatkan oleh jalan yang berlubang.

"Walaupun ruas jalan mengger-caringin sebagai alternatif jalan menuju carita, kami minta agar Keseluruhan ruas jalan tersebut di optimalkan semaksimal mungkin, sampai benar-benar tidak ada lubang satupun. Karena ini merupakan komitmen dan keharusan bagi Pemerintah Provinsi Banten untuk memberikan pelayanan yang optimal di berbagai bidang,” terangnya.

Sabtu, 15 Oktober 2016

Awas Hati-Hati Guru Menjadi Korban Pilgub Banten


Politisasi terhadap guru selalu terjadi dalam setiap penyelenggaraan pemilihan kepala daerah. Guru tidak hanya dipaksa untuk memilih, tapi juga dipaksa untuk memenangkan calon Kepala Daerah dengan menggunakan pengaruh dan kewenangannya terhadap peserta didik dan orang tua murid

Politisasi umumnya terjadi ketika inkumben mencalonkan kembali atau mengusung sanak keluarga untuk menggantikannya. Beberapa faktor yang menyebabkan guru menjadi sasaran empuk untuk di politisasi.

Pertama, jumlah guru sangat banyak. Dalam pemilihan yang menggunakan sistem satu orang satu suara (one man one vote), guru menjadi kelompok yang terlalu penting untuk diabaikan oleh calon Kepala Daerah.

Kedua, guru tersebar di semua wilayah. Mereka ada di mana-mana, mulai dari perkotaan hingga peloksok. Di sisi lain, guru pun merupakan tokoh di banyak daerah pedesaan maupun perkampungan. Guru adalah sumber rujukan terpercaya, tempat masyarakat mencari solusi atas segala macam persoalan.

Ketiga, peran dan pengaruh penting guru bagi siswa. Di tingkat sekolah menengah atas khususnya, siswa/ pelajar adalah pemilih pemula yang bisa menjadi lumbung suara bagi calon Kepala Daerah. Guru setiap hari berinteraksi dengan mereka dalam proses belajar-mengajar dan kegiatan sekolah lainnya. Singkatnya mendapat dukungan guru berarti berpotensi juga didukung oleh para siswa bahkan orang tua murid.

Beragam modus digunakan inkumben agar bisa mendapat dukungan para guru, dari memberi janji, mengarahkan, memaksa, hingga mengintimidasi. Posisi inkumben memudahkan untuk menjalankan aksi curangnya tersebut.

Biasanya janji ditebar dalam berbagai forum konsolidasi guru yang makin intens diselenggarakan menjelang pemilihan umum. Isunya masih berkutat di sekitar masalah kesejahteraan dan jabatan, seperti akan menyediakan atau meningkatkan tunjangan guru daerah, memberi hadiah posisi struktural, serta mengangkat guru-guru honorer menjadi PNS.

Cara lain adalah melalui instruksi berjenjang. Perintah memilih dan memenangkan calon inkumben dilakukan secara berantai sesuai dengan struktur. Diawali dari inkumben atau tim sukses kepada kepala dinas pendidikan, dilanjutkan ke kantor UPT, atau langsung kepada Kepala Sekolah dan Guru. Di beberapa daerah, cara-cara kasar kerap dipilih: dengan mengancam akan memutasikan atau bahkan mempersulit kenaikan pangkat bagi guru yang tidak bersedia mendukung inkumben. 

Politisasi juga terjadi dengan menggunakan pengaruh dan kewenangan guru terhadap siswa, orang tua, dan masyarakat. Guru mendapat "tugas tambahan" sebagai juru kampanye atau tim sukses.

Beberapa kasus, guru-guru SMA dan SMK dipaksa dan terpaksa ikut mensosialisasi buku mengenai keberhasilan inkumben dan mengarahkan siswanya untuk memilihnya. Bahkan guru diminta membuat soal dan tugas terstruktur untuk siswa dan melibatkan orang tua yang tujuannya memenangkan calon inkumben. Kemudian dalam kasus pilkada Kabupaten Pandeglang pada tahun 2010, Kepala Sekolah dan Guru dipaksa menggunakan dana Bantuan Operasional Sekolah untuk membuat baliho dan spanduk yang berisi dukungan kepada inkumben.

Politisasi terhadap guru ini berdampak buruk bagi penyelenggaraan pilkada dan pendidikan. Dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tentang Pilkada jelas ditegaskan bahwa kandidat kepala daerah dilarang menggunakan fasilitas serta anggaran pemerintah dan pemerintah daerah. Sanksinya berupa pidana penjara dan/atau denda pa­ling.

Selain melanggar aturan main, mobilisasi guru ini telah mencederai prinsip pemilihan yang jujur dan adil. Kecurangan membuat pertarungan menjadi timpang. Melalui kekuasaannya atas guru, inkumben sudah beberapa langkah di depan untuk memenangi pertarungan.

Dampak bagi pendidikan lebih parah lagi. Politisasi menyebabkan kekacauan dalam promosi dan distribusi. Guru-guru yang dinilai berprestasi dalam menyukseskan kemenang­an inkumben mendapat posisi kepala sekolah atau ditarik menduduki jabatan struktural. Sebaliknya, mereka yang membangkang akan kehilangan jam mengajar atau dibuang ke daerah-daerah terpencil. 

Hal tersebut akan berdampak pada tata kelola guru seperti ketimpangan distribusi dan menumpuknya guru-guru honorer, antara lain disebabkan oleh politisasi saat pilkada. Tanpa memperhitungkan kebutuhan, kepala daerah memberi hadiah kepada guru yang dianggap mendukung dengan memindahkan mereka ke wilayah perkotaan. Selain itu, untuk mengakomodasi para pendukung, kepala daerah pun meng­angkat mereka menjadi guru honorer. 

Maka, harus ada upaya serius untuk melindung­i para guru. Solusi instan yang bisa dilakukan oleh Kementerian Penda­yagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi adalah mengirim Surat Edaran ke Pemerintah Daerah agar tidak melakukkan memobilisasi guru untuk kepentingan politik. Pos pengaduan menjadi penting karena akan memudahkan guru yang menjadi korban pilkada untuk melapornya.

Para penyelenggara pemilu, seperti Badan Pengawas Pemilihan Umum dan Panitia Pengawas Pemilu harus lebih peka dan proaktif. Walau pun menjadi korban, guru biasanya takut melaporkannya. Mungkin mekanisme penga­duan tertutup bisa menjadi salah satu solusinya.

Pandeglang, 16 Oktober 2016

AHMAD JAENUDIN
KETUA UMUM HMI CABANG PANDEGLANG

Sabtu, 03 September 2016

Memori Penjelasan & Tafsir Tujuan

Tentang Islam Sebagai Azas HMI

“Hari ini telah Kusempurnakan bagi kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu: (QS. Al-Maidah : 3). 

“Dan mereka yang berjuang dijalan-Ku (kebenaran), maka pasti Aku tunjukkan jalannya (mencapai tujuan) sesungguhnya Tuhan itu cinta kepada orang-orang yang selalu berbuat (progresif) (QS. Al-Ankabut : 69). 

Islam sebagai ajaran yang haq dan sempurna hadir di bumi diperuntukkan untuk mengatur pola hidup manusia agar sesuai fitrah kemanusiaannya yakni sebagai khalifah di muka bumi dengan kewajiban mengabdikan diri semata-mata ke hadirat-Nya.

Iradat Allah Subhanu Wata’ala, kesempurnaan hidup terukur dari personality manusia yang integratif antara dimensi dunia dan ukhrawi, individu dan sosial, serta iman, ilmu dan amal yang semuanya mengarah terciptanya kemaslahatan hidup di dunia baik secara induvidual maupun kolektif.

Secara normatif Islam tidak sekedar agama ritual yang cenderung individual akan tetapi merupakan suatu tata nilai yang mempunyai komunitas dengan kesadaran kolektif yang memuat pemaham/kesadaran, kepentingan, struktur dan pola aksi bersama demi tujuan-tujuan politik.

Substansi pada dimensi kemasyarakatan, agama memberikan spirit pada pembentukan moral dan etika. Islam yang menetapkan Tuhan dari segala tujuan menyiratkan perlunya peniru etika ke Tuhanan yang meliputi sikap rahmat (Pengasih), barr (Pemula), ghafur (Pemaaaf), rahim (Penyayang) dan (Ihsan) berbuat baik. Totalitas dari etika tersebut menjadi kerangka pembentukan manusia yang kafah (tidak boleh mendua) antara aspek ritual dengan aspek kemasyarakatan (politik, ekonomi dan sosial budaya).

Adanya kecenderungan bahwa peran kebangsaan Islam mengalami marginalisasi dan tidak mempunyai peran yang signifikan dalam mendesain bangsa merupakan implikasi dari proses yang ambigiutas dan distorsif. Fenomena ini ditandai dengan terjadinya mutual understanding antara Islam sebagai agama dan Pancasila sebagai ideologi. Penempatan posisi yang antagonis sering terjadi karena berbagai kepentingan politik penguasa dari politisi-politisi yang mengalami split personality.

Kelahiran HMI dari rahim pergolakan revolusi phisik bangsa pada tanggal 5 Februari 1974 didasari pada semangat mengimplementasikan nilai-nilai ke-Islaman dalam berbagai aspek ke Indonesian.

Semangat nilai yang menjadi embrio lahirnya komunitas Islam sebagai interest group (kelompok kepentingan) dan pressure group (kelompok penekanan). Dari sisi kepentingan sasaran yang hendak diwujudkan adalah terutangnya nilai-nilai tersebut secara normatif pada setiap level kemasyarakatan, sedangkan pada posisi penekan adalah keinginan sebagai pejuang Tuhan (sabilillah) dan pembelaan mustadh’afin.

Proses internalisasi dalam HMI yang sangat beragam dan suasana interaksi yang sangat plural menyebabkan timbulnya berbagai dinamika ke-Islaman dan ke-Indonesiaan dengan didasari rasionalisasi menurut subyek dan waktunya.

Pada tahun 1955 pola interaksi politik didominasi pertarungan ideologis antara nasionalis, komunis dan agama (Islam). Keperluan sejarah (historical necessity) memberikan spirit proses ideologisasi organisasi. Eksternalisasi yang muncul adalah kepercayaan diri organisasi untuk “bertarung” dengan komunitas lain yang mencapai titik kulminasinya pada tahun 1965.

Seiring dengan kreatifitas intelektual pada Kader HMI yang menjadi ujung tombak pembaharuan pemikiran Islam dan proses transformasi politik bangsa yang membutuhkan suatu perekat serta ditopang akan kesadaran sebuah tanggung jawab kebangsaan, maka pada Kongres ke-X HMI di Palembang, tanggal 10 Oktober 1971 terjadilah proses justifikasi Pancasila dalam mukadimah Anggaran Dasar.

Orientasi aktifitas HMI yang merupakan penjabaran dari tujuan organisasi menganjurkan terjadinya proses adaptasi pada jamannya. Keyakinan Pancasila sebagai keyakinan ideologi negara pada kenyataannya mengalami proses stagnasi. Hal ini memberikan tuntutan strategi baru bagi lahirnya metodologi aplikasi Pancasila. Normatisasi Pancasila dalam setiap kerangka dasar organisasi menjadi suatu keharusan agar mampu mensuport bagi setiap institusi kemasyarakatan dalam mengimplementasikan tata nilai Pancasila.

Konsekuensi yang dilakukan HMI adalah ditetapkannya Islam sebagai identitas yang mensubordinasi Pancasila sebagai azas pada Kongres XVI di Padang, Maret 1986.

Islam yang senantiasa memberikan energi perubahan mengharuskan para penganutnya untuk melakukan invonasi, internalisasi, eksternalisasi maupun obyektifikasi. Dan yang paling fundamental peningkatan gradasi umat diukur dari kualitas keimanan yang datang dari kesadaran paling dalam bukan dari pengaruh eksternal. Perubahan bagi HMI merupakan suatu keharusan, dengan semakin meningkatnya keyakinan akan Islam sebagai landasan teologis dalam berinteraksi secara vertikal maupun horizontal, maka pemilihan Islam sebagai azas merupakan pilihan dasar dan bukan implikasi dari sebuah dinamika kebangsaan.

Demi tercapainya idealisme ke-Islaman dan ke-Indonesiaan, maka HMI bertekad Islam dijadikan sebagai doktrin yang mengarahkan pada peradaban secara integralistik, trasedental, humanis dan inklusif. Dengan demikian kader-kader HMI harus berani menegakkan nilai-nilai kebenaran dan keadilan serta prinsip-prinsip demokrasi tanpa melihat perbedaan keyakinan dan mendorong terciptanya penghargaan Islam sebagai sumber kebenaran yang paling hakiki dan menyerahkan semua demi ridho-Nya.

Tafsir Tujuan HMI 

I. Pendahuluan
Tujuan yang jelas diperlukan untuk suatu organisasi, hingga setiap usaha yang dilakukan oleh organisasi tersebut dapat dilaksanakan dengan teratur. Bahwa tujuan suatu organisasi dipengaruhi oleh suatu motivasi dasar pembentukan, status dan fungsinga dalam totalitas dimana ia berada. Dalam totalitas kehidupan bangsa Indonesia, maka HMI adalah organisasi yang menjadikan Islam sebagai sumber nilai. Motivasi dan inspirasi bahwa HMI berstatus sebagai organisasi mahasiswa, berfungsi sebagai organisasi kader dan yang berperan sebagai organisasi perjuangan serta bersifat independen.

Pemantapan fungsi kekaderan HMI ditambah dengan kenyataan bahwa bangsa Indonesia sangat kekurangan tenaga intelektual yang memiliki keseimbangan hidup yang terpadu antara pemenuhan tugas duniawi dan ukhrowi, iman dan ilmu, individu dan masyarakat, sehingga peranan kaum intelektual yang semakin besar dimasa mendatang merupakan kebutuhan yang paling mendasar.

Atas faktor tersebut, maka HMI menetapkan tujuannya sebagaimana dirumuskan dalam pasal 4. AD ART HMI yaitu : 

“TERBINANYA INSAN AKADEMIS, PENCIPTA, PENGABDI YANG BERNAFASKAN ISLAM DAN BERTANGGUNG JAWAB ATAS TERWUJUDNYA MASYARAKAT ADIL MAKMUR YANG DIRIDHOI ALLAH SWT”. 

Dengan rumusan tersebut, maka pada hakekatnya HMI bukanlah organisasi massa dalam pengertian fisik dan kualitatif, sebaliknya HMI secara kualitatif merupakan lembaga pengabdian dan pengembangan ide, bakat dan potensi yang mendidik, memimpin dan membimbing anggota-anggotanya untuk mencapai tujuan dengan cara-cara perjuangan yang benar dan efektif. 

II. Motivasi Dasar Kelahiran dan Tujuan Organisasi 

Sesungghnya Allah SWT telah mewahyukan Islam sebagai agama yang Haq dan sempurna untuk mengatur umat manusia agar berkehidupan sesuai dengan fitrahnya sebagai Khalifatullah di muka bumi dengan kewajiban mengabdikan diri semata-mata kehadiratnya.

Kehidupan yang sesuai dengan fitrah manusia tersebut adalah kehidupan yang seimbang dan terpadu antara pemenuhan dan kalbu, iman dan ilmu, dalam mencapai kebaha giaan hidup di dunia dan ukhrowi. Atas keyakinan ini, maka HMI menjadikan Islam selain sebagai motivasi dasar kelahiran juga sebagai sumber nilai, motivasi dan inpirasi. Dengan demikian Islam bagi HMI merupakan pijakan dalam menetapkan tujuan dari usaha organisasi HMI.

Dasar Motivasi yang paling dalam bagi HMI adalah ajaran Islam. Karena Islam adalah ajaran fitrah, maka pada dasarnya tujuan dan mission Islam adalah juga merupakan tujuan daripada kehidupan manusia yang fitri, yaitu tunduk kepada fitrah kemanusiaannya.

Tujuan kehidupan manusia yang fitri adalah kehidupan yang menjamin adanya kesejahteraan jasmani dan rohani secara seimbang atau dengan kata lain kesejahteraan materiil dan kesejahteraan spirituil.

Kesejahteraan yang akan terwujud dengan adanya amal saleh (kerja kemanusiaan) yang dilandasi dan dibarengi dengan keimanan yang benar. Dalam amal kemanusiaan inilah manusia akan dapat kebahagian dan kehidupan yang sebaik-baiknya. Bentuk kehidupan yang ideal secara sederhana kita rumuskan dengan “kehidupan yang adil dan makmur”.

Untuk menciptakaan kehidupan yang demikian. Anggaran dasar menegaskan kesadaran mahasiswa Islam Indonesia untuk merealisasikan nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Easa, Kemanusian Yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmah Dalam Kebijaksanaan/Perwakilan serta mewujudkan Keadilan Bagi Seluruh Indonesia dalam rangka mengabdikan diri kepada Allah SWT.

Perwujudan daripada pelaksanaan nilai-nilai tersebut adalah berupa amal saleh atau kerja kemanusiaan. Dan kerja kemanusiaan ini akan terlaksana secara benar dan sempurna apabila dibekali dan didasari oleh iman dan ilmu pengatahuan. Karena inilah hakekat tujuan HMI tidak lain adalah pembentukan manusia yang beriman dan berilmu serta mampu menunaikan tugas kerja kemanusiaan (amal saleh). Pengabdian dan bentuk amal saleh inilah pada hakekatnya tujuan hidup manusia, sebab dengan melalui kerja kemanusiaan, manusia mendapatkan kebahagiaan. 

III. Basic Demand Bangsa Indonesia 

Sesunguhnya kelahiran HMI dengan rumusan tujuan seperti pasal 4 Anggaran Dasar tersebut adalah dalam rangka menjawab dan memenuhi kebutuhan dasar (basic need) bangsa Indonesia setelah mendapat kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 guna memformulasikan dan merealisasikan cita-cita hidupnya. Untuk memahami kebutuhan dan tuntutan tersebut maka kita perlu melihat dan memahami keadaan masa lalu dan kini. Sejarah Indonesia dapat kita bagi dalam 3 (tiga) periode yaitu: 

a) Periode (Masa) Penjajahan 

Penjajahan pada dasarnya adalah perbudakaan. Sebagai bangsa terjajah sebenarnya bangsa Indonesia pada waktu itu telah kehilangan kemauan dan kemerdekaan sebagai hak asasinya. Idealisme dan tuntutan bangsa Indonesia pada waktu itu adalah kemerdekaan. Oleh karena itu timbullah pergerakan nasional dimana pimpinan-pimpinan yang dibutuhkan adalah mereka yang mampu menyadarkan hak-hak asasinya sebagai suatu bangsa. 

b). Periode (Masa) Revolusi 

Periode ini adalah masa merebut dan mempertahankan kemerdekaan. Berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa serta didoorong oleh keinginan yang luhur maka bangsa Indonesia memperoleh kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945. Dalam periode ini yang dibutuhkan oleh bangsa Indonesia adalah adanya persatuan solidaritas dalam bentuk mobilitas kekuatan fisik guna melawan dan menghancurkan penjajah. Untuk itu dibutuhkan adalah “solidarity making” diantara seluruh kekuatan nasional sehingga dibutuhkan adanya pimpinan nasional tipe solidarity maker. 

c) Periode (Masa) Membangun 

Setelah Indonesia merdeka dan kemerdekaan itu mantap berada ditangannya maka timbullah cita-cita dan idealisme sebagai manusia yang bebas dapat direalisir dan diwujudkan. Karena periode ini adalah periode pengisian kemerdekaan, yaitu guna menciptakan masyarakat atau kehidupan yang adil dan makmur. Maka mulailah pembangunan nasional. Untuk melaksanakan pembangunan, faktor yang sangat diperlukan adalah ilmu pengetahuan.

Pimpinan nasional yang dibutuhkan adalah negarawan yang “problem solver” yaitu tipe “administrator” disamping ilmu pengetahuan diperlukan pula adanya iman/akhlak sehingga mereka mampu melaksanakan tugas kerja kemanusiaan (amal saleh). Manusia yang demikian mempunyai garansi yang obyektif untuk menghantarkan bangsa Indonesia ke dalam suatu kehidupan yang sejahtera adil dan makmur serta kebahagiaan. Secara keseluruhan basic demand bangsa Indonesia adalah terwujudnya bangsa yang merdeka, bersatu dan berdaulat, menghargai HAM, serta menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dengan tegas tertulis dalam Pembukaan UUD 1945 dalam alinea kedua.

Tujuan 1 dan 2 secara formal telah kita capai tetapi tujuan ke-3 sekarang sedang kita perjuangkan. Suatu masyarakat atau kehidupan yang adil dan makmur hanya akan ter bina dan terwujud dalam suatu pembaharuan dan pembangunan terus menerus yang dilakukan oleh manusia-manusia yang beriman, berilmu pengetahuan dan berkepribadian, dengan mengembangkan nilai-nilai kepribadian bangsa. 

IV. Kualitas Insan Cita HMI 

Kualitas insan cita HMI adalah merupakan dunia cita yang terwujud oleh HMI di dalam pribadi seorang manusia yang beriman dan berilmu pengetahuan serta mampu melaksanakan tugas kerja kemanusiaan. Kualitas tersebut sebagaimana dalam pasal tujuan (pasal 5 AD HMI) adalah sebagai berikut : 

1. Kualitas Insan Akademis
  • Berpendidikan Tinggi, berpengetahuan luas, berfikir rasional, obyektif, dan kritis.
  • Memiliki kemampuan teoritis, mampu memformulasikan apa yang diketahui dan dirahasiakan. Dia selalu berlaku dan menghadapi suasana sekelilingnya dengan kesadaran.
  • Sanggup berdiri sendiri dengan lapangan ilmu pengetahuan sesuai dengan ilmu pilihannya, baik secara teoritis maupun tekhnis dan sanggup bekerja secara ilmiah yaitu secara bertahap, teratur, mengarah pada tujuan sesuai dengan prinsip-prinsip perkembangan.

2. Kualitas Insan Pencipta : Insan Akademis, Pencipta
  • Sanggup melihat kemungkinan-kemungkinan lain yang lebih dari sekedar yang ada dan bergairah besar untuk menciptakan bentuk-bentuk baru yang lebih baik dan bersikap dengan bertolak dari apa yang ada (yaitu Allah). Berjiwa penuh dengan gagasan-gagasan kemajuan, selalu mencari perbaikan dan pembaharuan.
  • Bersifat independen dan terbuka, tidak isolatif, insan yang menyadari dengan sikap demikian potensi, kreatifnya dapat berkembang dan menentukan bentuk yang indah-indah.
  • Dengan ditopang kemampuan akademisnya dia mampu melaksanakan kerja kemanusiaan yang disemangati ajaran islam.

3. Kualitas Insan Pengabdi : Insan Akdemis, Pencipta, Pengabdi
  • Ikhlas dan sanggup berkarya demi kepentingan orang banyak atau untuk sesama umat.
  • Sadar membawa tugas insan pengabdi, bukannya hanya membuat dirinya baik tetapi juga membuat kondisi sekelilingnya menjadi baik.
  • Insan akdemis, pencipta dan mengabdi adalah yang bersungguh-sungguh mewujudkan cita-cita dan ikhlas mengamalkan ilmunya untuk kepentingan sesamanya.

4. Kualitas Insan yang bernafaskan islam : Insan Akademis, pencipta dan pengabdi yang bernafaskan Islam
  • Islam yang telah menjiwai dan memberi pedoman pola fikir dan pola lakunya tanpa memakai merk Islam. Islam akan menajdi pedoman dalam berkarya dan mencipta sejalan dengan nilai-nilai universal Islam. Dengan demikian Islam telah menafasi dan menjiwai karyanya.
  • Ajaran Islam telah berhasil membentuk “unity personality” dalam dirinya. Nafas Islam telah membentuk pribadinya yang utuh tercegah dari split personality tidak pernah ada dilema pada dirinya sebagai warga negara dan dirinya sebagai muslim. Kualitas insan ini telah mengintegrasikan masalah suksesnya pembangunan nasional bangsa kedalam suksesnya perjuangan umat islam Indonesia dan sebaliknya.

5. Kualitas Insan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi oleh Allah SWT :
  • Insan akademis, pencipta dan pengabdi yang bernafaskan islam dan bertanggungjawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi oleh Allah SWT.
  • Berwatak, sanggup memikul akibat-akibat yang dari perbuatannya sadar bahwa menempuh jalan yang benar diperlukan adanya keberanian moral.
  • Spontan dalam menghadapi tugas, responsif dalam menghadapi persoalan-persoalan dan jauh dari sikap apatis.
  • Rasa tanggung jawab, taqwa kepada Allah SWT, yang menggugah untuk mengambil peran aktif dalam suatu bidang dalam mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang diridhoi Allah SWT.
  • Korektif terhadap setiap langkah yang berlawanan dengan usaha mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur.
  • Percaya pada diri sendiri dan sadar akan kedudukannya sebagai “khallifah fil ard” yang harus melaksanakan tugas-tugas kemanusiaan.

Pada pokoknya insan cita HMI merupakan “man of future” insan pelopor yaitu insan yang berfikiran luas dan berpandangan jauh, bersikap terbuka, terampil atau ahli dalam bidangnya, dia sadar apa yang menjadi cita-citanya dan tahu bagaimana mencari ilmu perjuangan untuk secara kooperatif bekerja sesuai dengan yang dicita-citakan. Ideal tipe dari hasil perkaderan HMI adalah “man of inovator” (duta-duta pembantu). Penyuara “idea of progress” insan yang berkeperibadian imbang dan padu, kritis, dinamis, adil dan jujur tidak takabur dan bertaqwa kepada Allah Allah SWT. Mereka itu manusia-manusia uang beriman berilmu dan mampu beramal saleh dalam kualitas yang maksimal (insan kamil)

Dari lima kualitas insan cita tersebut pada dasarnya harus memahami dalam tiga kualitas insan Cita yaitu kualitas insan akademis, kualitas insan pencipta dan kualitas insan pengabdi. Ketiga insan kualitas pengabdi tersebut merupakan insan islam yang terefleksi dalam sikap senantiasa bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil dan makmur yang ridhoi Allah SWT. 

V. Tugas Anggota HMI 

Setiap anggota HMI berkewajiban berusaha mendekatkan kualitas dirinya pada kualitas insan cita HMI seperti tersebut diatas. Tetapi juga sebaliknya HMI berkewajiban untuk memberikan pimpinan-pimpinan, bimbingan dan kondusif bagi perkembangan potensi kualitas pribadi-pribadi anggota-anggota dengan memberikan fasilitas-fasilitas dan kesempatan-kesempatan. Untuk setiap anggota HMI harus mengembangkan sikap mental pada dirinya yang independen untuk itu :
  • Senantiasa memperdalam hidup kerohanian agar menjadi luhur dan bertaqwa kepada Allah SWT.
  • Selalu tidak puas dan selalu mencari kebenaran
  • Teguh dalam pendirian dan obyektif rasional menghadapi pendirian yang berbeda.
  • Bersifat kritis dan berpikir bebas kreatif
  • Hal tersebut akan diperoleh antara lain dengan jalan:
  • Senantiasa mempertinggi tingkat pemahaman ajaran Islam yang dimilikinya dengan penuh gairah.
  • Aktif berstudi dalam Fakultas yang dipilihnya.
  • Mengadakan tentir club untuk studi ilmu jurusannya dan club studi untuk masalah kesejahteraan dan kenegaraan
  • Salalu hadir dalam forum ilmiah
  • Memelihara kesehatan badan dan aktif mengikuti karya bidang kebudayaan
  • Selalu berusaha mengamalkan dan aktif dalam memngambil peran dalam kegiatan HMI
  • Mengadakan kalaqah-kalaqah perkaderan dimasjid-masjid kampus

Bahwa tujuan HMI sebagai dirumuskan dalam pasal AD HMI pada hakikatnya adalah merupakan tujuan dalam setiap Anggota HMI. Insan cita HMI adalah gambaran masa depan HMI. Suksesnya seorang HMI dalam membina dirinya untuk mencapai Insan Cita HMI berarti dia telah mencapai tujuan HMI.

Insan cita HMI pada suatu waktu akan merupakan “Intelektual community” atau kelompok intelegensi yang mampu merealisasi cita-cita umat dan bangsa dalam suatu kehidupan masyarakat yang sejahtera spritual adil dan makmur serta bahagia (masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT).

Wabillahittaufiq wal hidayah

Marketplace Waljual.com Resmi Diperkenalkan


JAKARTA, INVESTING.CO.ID - Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) secara berjamaah meluncurkan marketplace online yang diberi nama Waljual.com.

Acara  soft launching Waljual.com yang bertempat di Gedung Menara MT Haryono, Jakarta Selatan dirangkaikan dengan buka puasa bersama yang dihadiri oleh para pendiri, komisaris dan direksi Waljual.com serta Ketua Umum PBHMI (25/06/2016).

“Bismillahirrahmanirrahim, kita luncurkan Waljual.com,”kata Sujana Sulaeman yang dipercaya sebagai Komisaris Utama Waljual.com.

Menurut salah satu pendiri yang juga dipercaya sebagai Direktur Utama Waljual.com, Sahrin Hamid, waljual.com akan menjadi wadah yang menjembatani para pegadang lokal berjualan ke luar negeri.

Waljual.com merupakan marketplace online yang diinisiasi oleh ratusan alumni HMI yang tergabung dalam Group Whatsapp (WA) KAHMI FOREVER terutama group KF WA Agribisnis yang diprakarsai Sujana Sulaeman bersama 250 pendiri waljual.com, sehingga menempatkan waljual.com sebagai satu-satunya ecommerce atau marketplace di Indonesia  didirikan secara berjamaah oleh alumni HMI.

“Ini (Waljual) pertama diawali dari group WA yang berdiskusi mengenai adanya kebutuhan mendasar terkait begitu banyak produk-produk yang berasal dari daerah. Satu hal yang menjadi problem secara merata adalah akses pasar,” kata Sahrin seperti dikutip dari Mediajakarta.com.

“Karena akses pasar inilah yang membuat kita mencari solusi untuk dapat memarketkan, supaya produk-produk itu bisa ke luar (luar negeri). Dalam hal ini dapat diketahui oleh pihak luar bahkan bisa diakses untuk dibeli produk tersebut, oleh karena itu dibutuhkan sebuah market place atau pasar online untuk mewadahi produk tersebut, maka dicarilah nama market place,”tuturnya.

Pemilihan nama Waljual.com yang merupakan kata diserap dari bahasa Madura dan Indonesia menurut Sahrin, karena nama Waljual.com lebih enak didengar dan mudah diingat.

Dijelaskan, pemegang saham Waljual.com yaitu pertama individu, sekitar  250 orang yang kesemuanya adalah alumni HMI semua plus beberapa yayasan dan lembaga.

“Jadi sampai sekarang 100 persen saham dimiliki oleh orang Indonesia. Namun kedepan tidak menutup kemungkinan untuk membuka kemitraan dengan pihak investor dari luar negeri,”ujarnya.

Sahrin mengungkapkan, dana awal yang terkumpul untuk membangun Waljual.com sekitar Rp 125 juta, dan ada tahapan berikutnya, dibutuhkan sekitar Rp 5 milyar hingga Rp 25 milyar. “Tentunya dibuka kesempatan kepada pihak lainnya untuk mengambil share saham,”tambahnya.

Kelebihan dari marketplace Waljual.com dibanding yang lainnya yaitu Waljual.com dilengkapi dengan sistem pembayaran yang lebih luas dan mengakomodir semua sistem pembayaran online termasuk mengintetgarsikan fitur pembayaran lainnya seperti pembayaran listrik dan lainnya. (Investing/MJ).



Sumber : http://www.investing.co.id/2016/06/marketplace-waljualcom-resmi.html

Kamis, 01 September 2016

Dokumentasi Aksi Terkait Penyalahgunaan Wewenang oleh Ketua DPRD Kabupaten Pandeglang

Dokumentasi Aksi Terkait Penyalahgunaan oleh  Wewenang Ketua DPRD Kabupaten Pandeglang










Mulyadi: 20 Oktober PB HMI Intruksikan Tagih Janji Jokowi-JK


Independensi.id, Jakarta – Jelang dua tahun masa kepemimpinan Jokowi – JK, Ketua Umum PB HMI, Mulyadi P. Tamsir menginstruksikan kader HMI Se- Indonesia untuk menagih Janji Jokowi – JK semasa kampanyenya.

"Dengan berbagai janji manis Jokowi – JK saat kampanye, sampai hari ini belum ada perubahan signifikan dari pemerintahan saat ini, malahan utang negara makin tinggi," terang Mulyadi saat menyampaikan kata sambutan di acara Panggung Anak Bangsa, ” Menagih Janji Jokowi – JK”, Rabu (31/08/2019)

Mulyadi menambahkan, jika sampai hari ini elit politik masih dininabobokan dengan kekuasaan, maka kita sebagai aktifis harus tetap berjuang dan kritis terhadap Pemerintah.

"Tepat tanggal 20 Oktober yang akan datang dan bertepatan dengan masa dua tahun Jokowi – JK pimpin bangsa ini, kita akan menagih janji-janji mereka," tegasnya.

Penampilan LSMI Cabang Ciputat saat pentas di Pangung Anak Bangsa, "Menagih Janji Jokowi – JK," Rabu (31/08/2016)
Hal senada dikatakan Ketua Bidang PTKP, Harianto ‘Jevo’ Minda. Ia menilai sampai saat ini Jokowi – JK tidak merealisasikan janji-janjinya yang mengusung konsep Nawa cita,terutama dalam poin membangun Indonesia dari wilayah pinggiran.

“Kenyataannya hampir semua daerah mengalami defisit anggaran, anggaran yang dialokasikan ke daerah hanya di terima lewat secarik kertas. Jokowi – JK juga pernah berjanji tidak akan menambah utang negara, namun nyatanya utang negara mengalami kenaikan yang signifikan,” pungkasnya

Kegiatan yang diselenggarakan di halaman sekretariat PB HMI, Jalan Sultan Agung, Jakarta Selatan tersebut juga diramaikan dengan penampilan dari Mustafa (Debu),Lembaga Seni Mahasiswa Islam (LSMI)  Cabang Ciputat, pembacaan puisi oleh Kohati PB HMI, Orasi Ilmiah Kader HMI Jakarta, pengurus PB HMI, Pengurus IMM, dan Ketua Umum PB PMII. (Dzul)
Sumber: www.independensi.id

HMI-Wati Sosok Perempuan Ideal


“Perempuan adalah tiang negara, bila kaum perempuannya baik maka baiklah negaranya, dan apabila perempuannya buruk (amoral) maka buruklah negaranya”.

Penuturan kata-kata di atas adalah suatu syair yang kita ketahui dari arab. Penegasan kata-kata tersebut lebih diabadikan di dalam paragraf Mukaddimah Pedoman Dasar KOHATI (PDK). Syair tersebut adalah suatu harapan atau suatu gambaran keadaan realitas dalam negara yang apabila perempuannya baik maka baiklah  negaranya, atau sebaliknya. Perkataan syair tersebut, penulis pernah mendengar dari suatu film kerajaan di indonesia, yaitu film Angling Dharma. Perkataan yang persis seperti di atas terucap dari ayahnya Dewi Sekarwangi saat awal keberangkatan Angling Dharma dan Dewi Sekarwangi dari rumah ayahnya, setelah diselesaikannya pernikahan mereka. Sungguh memang perempuan menjadi sosok yang sangat luar biasa pengaruhnya.

Landasan yang lebih kuat lagi tentang kedudukan perempuan bagi kita yang meyakini sumber Islam (Al-qur’an dan Hadist), dalam hadist Rasulullah menyebutkan kedudukan seorang ibu sampai tiga kali dan keempat kalinya barulah ayah. Kejadian hadist itu ketika seorang sahabat bertanya tentang hal itu. Betapa Nabi Allah juga berangkat dari perjuangan membela kaum perempuan pada masa itu.

Dalam sejarah perempuan Islam, kiranya dapat kita berikan contoh tokoh-tokoh perempuan nan sangat mulia hatinya dan kuat imannya, yaitu adanya ummul mukminin atau perempuan shaliha (muslimah yang taat) yaitu Siti Khadijah (isteri pertama Rasulullah SAW), Siti aisyah (isteri Rasulullah SAW. atas berkatnya hadist-hadist bisa dapat diketahui secara pasti) dan Siti Fatimah (putri Rasulullah dan isteri imam Ali). kiranya tokoh-tokoh tersebut dapat menjadi inspirator perempuan-perempuan yang ada di dunia ini, bukan berarti kita menyampingkan tokoh-tokoh muslimah lainnya yang telah banyak berjuang untuk kebaikan selama dalam sejarah keperempuanan.

Marilah kiranya kita lihat keadaan mayoritas perempuan muslim Indonesia hari ini, kita melihat adanya pergeseran nilai, kultural, pergeseran pemahaman atau belum sama sekali paham dengan apa yang dialaminya saat ini. Perempuan muslim saat ini, khususnya di Indonesia, dalam ukuran mayoritas tidak mencerminkan sebagai muslimah yang baik. Saat ini, mengumbar-umbar aurat sudah hal yang biasa dalam kesehari-hariannya. Perempuan yang menutup auratnya dikatakan tidak zamani dan kolot, sedangkan yang mempertontonkan aurat kepada orang yang tidak berhak dipandang suatu trand dan dikatakan maju. Sungguh pola pemikiran yang salah pada pandangan tersebut. Singkatnya, tidak terlihat adanya semangat Islam dalam dirinya.

Kalau kita tarik ke belakang (sejarah penjajahan Belanda di Indonesia), perempuan-perempuan Indonesia sangat membenci adanya budaya-budaya yang datang dari Barat apalagi itu dari Belanda. Jangankan meniru bahasanya, memakai pakaian ala Belanda mereka tidak mau bahkan lagu-lagu barat menjadi lagu-lagu ejekan. Alasannya, karena menurut mereka hal itu dapat mengikis nasionalismenya, dengan sikap itu perempuan ikut berjuang untuk negara dengan segala cara yang dilakukannya. Sungguh mereka adalah perempuan-perempuan pejuang di Indonesia, suatu sosok perempuan yang ideal.

Meneropong masa sekarang, bagaimana perempuan-perempuan Indonesia, khususnya perempuan Islam di Indonesia? Seperti apakah mereka saat ini? Apakah mereka berjuang dengan cara apa yang bisa dibuatnya untuk mempertahankan Indonesia dan agamanya yang diserang secara terus menerus secara halus. Diserang secara halus maksudnya adalah perempuan dipengaruhi atau dirusak dengan menggunakan sarana-prasarana yang diciptakan di Era Globalisasi dan Modernisasi saat ini. Dahulunya perempuan Indonesia sangat membenci cara-cara orang penjajah dalam pola sikapnya dan tindakannya, seperti mempertontonkan auratnya, sekarang kita lihat lewat begitu didepan mata kita setiap harinya. Hal itu menjadi suantu kebanggaan bagi mereka, lebih miris lagi saat ini banyak kita lihat artis-artis mempertontonkan auratnya dengan bebas lewat Televisi. Dari pertunjukan-pertunjukan liar itu, banyak pulalah perempuan yang mengikuti gaya berpakaian artis tersebut.

Berangkant dari kondisi ini, jauh-jauh hari sudah lama realitas ini ditangkap oleh satu kelompok intelektual muslimah, maka dari itu dibentuklah Korps HMI Wati (KOHATI), suatu lembaga semi-otonom dibawah naungan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Di dalam lembaga semi-otonom ini jelas diisi oleh mahasiswi-mahasiswi Islam (Muslimah) atau sering kita sebut HMI-Wati yang telah dikader, dibina secara mandiri, terdidik menjadi perempuan-perempuan yang berkualitas, sehingga HMI-Wati megerti dan paham dalam peran perempuan dalam pembangunan negara.

Pada Mukaddimah Pedoman Dasar KOHATI (PDK) menyebutkan bahwa dalam rangka memaknai peran strategis tersebut, HMI-Wati dituntut untuk menguasai Ilmu Agama sebagai landasan atas keiman, Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi (IPTEK) untuk kemudahan dalam aktivitas di dunia, serta keterampilan yang tinggi dengan senantiasa menyadari fitrahnya. Labih lanjut, tujuan KOHATI yang diisi HMI-Wati adalah terbinanya muslimah yang berkualitas insan cita. Dimana kita ketahui kualitas insan cita  dalam tafsir tujuan HMI itu terdiri dari : (a). Kualitas Insan Akademis, (b). Kualitas Insan Pencipta, (c). Kualitas Insan Pengabdi, (d). Kualitas Insan yang bernafaskan Islam dan (e). Kualitas Insan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT.

Untuk melihat usaha yang dilakukan dalam mewujudkan HMI-Wati yang berkualitas atau menjadi sosok perempuan yang ideal, ada kualifikasi yang sudah dibuat telah menjadi konsep pengembangan kualitas diri HMI-Wati. Dengan itu, HMI-Wati mempunyai kelebihan, yaitu : (a), Kualifikasi Intelektual, (b). Kualifikasi Kepemimpinan, (c). Kualifikasi Manajerial, dan (d). Kualifikasi Kemandirian. Disamping itu, ada wacana HMI-Wati dan juga spesifikasi gerakan dengan kajian-kajian keperempuanan dalam Islam, peningkatan keintelektualan dengan menggabungkan kajian Tridharma Perguruan Tinggi, dan keperempuanan masa kini.

Dari hal-hal di atas, akan lahirlah HMI-Wati yang menjadi sosok perempuan yang ideal, perempuan yang penuh keimanan, perempuan yang akan berguna untuk negara dan bangsa dan juga keluarganya. HMI-Wati tidak mudah terpengaruh dengan arus leberalisme, globalisasi dan modernisasi yang menjerumuskan manusia. Kalaupun modernisasi tidak terbendung lagi, maka HMI-Wati sudah siap menghadapinya dan tidak menjadi korban. HMI-Wati tidak akan menjadi perempuan pengumbar aurat, perempuan pengrusak tatanan masyarakat tidak menjadi perempuan amoral.

Dengan kualitas insan citanya, dan proses yang dialaminya (proses psikologi dan intelektual), jadi HMI-Wati dengan kemampuan atau kualitas iman yang kuat, intelektual yang tinggi, perempuan yang mandiri dan perempuan yang bermoral. Jadilah ia menjadi sosok perempuan ideal yang mengerjakan amal kebajikan untuk kehidupan yang lebih baik.

“Barang siapa mengerjakan amal kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik, dan akan kami berikan balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”. (QS. An-Nahl; 16 : 97).

Penulis : Ibnu Arsib Ritonga (Anggota HMI Cabang Medan, Mahasiswa Universitas Islam Sumatera Utara)

Sumber: http://www.pbhmi.or.id/opini/766/hmi-wati-sosok-perempuan-ideal.html